Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes Pada Anak) dan Cara Manajemennya

Diabetes tipe 1 adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh untuk menghasilkan insulin karena terjadi penghancuran secara autoimun sel beta di pangkreas. Meski kejadian ini sering terjadi pada masa kanak-kanak, penyakit ini juga bisa berkembang dan diderita pada orang dewasa [1].

Penyebab diabetes pada anak


Etiologi

Diabetes Tipe 1  adalah hasil dari penghancuran secara autoimun sel beta di pangkreas yang melibatkan predisposisi genetik dan pengaruh lingkungan. Adapun penyebab terjadinya DM tipe 1 pada anak-anak dibagi menjadi dua bagian yaitu:

Genetik faktor

Untuk anak-anak yang terlahir dari orang tua dengan penderita DM tipe 1, resikonya sangat berfariasi tergantung ayah atau ibunya yang menderita diabetes. Anak-anak yang ibunya memiliki DM tipe 1 memiliki risiko 2-3% untuk menderita penyakit ini, sedangkan yang ayah nya menderita DM tipe 1 memiliki risiko 5-6%. Bila kedua orangtuanya menderita DM tipe 1 resikonya meningkat hampir 30%.

Selain itu risiko anak-anak dengan orangtua yang menderita DM tipe 1 akan lebih tinggi jika onset penyakit ini terjadi sebelum usia 11 tahaun dan akan sedikit lebih rendah jika onset penyakit ini terjadi setelah umur 11 tahun.

Faktor lingkungan

Faktor ekstragenetik juga dapat berkontribusi untuk menyebabkan terjadinya diabetes tipe 1 ini pada anak-anak.  Potensi pemicu rusaknya imunologis dan sel beta ini adalah disebabkan oleh virrus, (misalnya enterovirus [9], mumps, rubella, dan coxsackievirus B4), bahan kimia beracun, terpapar dan mengonsumsi susu sapi yang terinfeksi virus saat masa kanak-kanak [7] dan sitotoksin.

Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala diabetes tipe 1 sebagai berikut:
  • Polyuria
  • Polydipsia
  • Polyphagia
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
  • Gejala lainnya seperti kelelahan, mual dan penglihatan yang kabur
Diagnosis

kriteria diagnostik berdasarkan American Diabetes Association (ADA) mencakup berikut [8]:
  • Tingkat glukosa plasma puasa (FGP) =126 mg/dl (7.0 mmol/L) atau 
  • Tingkat glukosa plasma 2 jam =200 mg/dl (11.1 mmol/L) selama uji toleransi glukosa oral 75 g
  • (OGTT) atau Glukosa plasma acak = 200 mg/dl (11.1 mmol/L) pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemik
Pemeriksaan Lab

International expert committee yang ditunjuk ADA, the European Association for the Study of Diabetes, dan International Diabetes Association merekomendasikan uji (HBA) untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 hal ini disebabkan karena kondisi tersebut dicurigai namun gejala klasik yang terdapat pada DM tipe 1 tidak muncul sama sekali [5].

Skrining

Skrining untuk diabetes tipe 1 pada individu dengan resiko gejala yang rendah tidak dianjurkan[2]. Namun pada pasien dengan risiko tinggi (misalanya mereka yang memiliki keluarga dengan diabetes tipe 1), sangat tepat untuk dilakukan skrining anti-islet antibodi sebelum berusia 10 tahun, bersama dengan 1 skrining tambahan selama masa remaja [4].

Manajement diabetes melitus tipe 1

Glycemic control

ADA merekomendasikan usia pasien sebagai satu pertimbangan untuk mencapai keseimbangan glycemic, dengan target yang berbeda sesuai denagan  jumlah tidur yang dimiliki setiap anak, dan hemoglobin A (HbA) level dengan rentang umur 0-6, 6-12, dan 13-19 tahun[2]. Adapun manfaat kontrol glykemik tidak hanya mencakup dan mengurangi komplikasi secara mikrovaskuler tetapi juga sangat signifikan terhadap pencegahan kejadian penyakit kardiovaskuler dan kematian secara keseluruhan.

Self-monitoring

Kontrol diabetes yang optimal memerlukan pemantauan secara mandiri terkait kadar glukosa darah, hal ini menghasilkan sebuah keputusan yang tepat ntuk penentuan dosis insulin yang akan digunakan. Semua pasien dengan diabetes tipe 1 harus belajar bagaimana memantau secara mandiri dan mencatat kadar glukosa mereka saat di rumah dan menyesuaikan dosis insulin yang digunakan sesua dengan kondisi saat itu.

Pemantauan glukosa secara terus-menerus menggunakan monitor glukosa kontinu (CGMS) dapat membantu pasien memperbaiki dan mengontrol kadar glikemik [6.3]. CGSM mengandung sensor subkutan yang mengukur tingkat glukosa interstitial setiap 1-5 menit, memberikan alaram saat kadar glukosa terlalu tinggi atau terlalu rendah, serta cepat naik maupun turun.

Insulin terapi

Pasien dengan diabetes tipe 1 memerlukan terapi insulin seumur hidup. Sebagian besar memerlukan 2 atau lebih suntikan insulin setia hari, dengan dosis yang disesuaikan berdasarkan pemantauan kadar gula darah secara mandiri. Penggantian insulin dilakukan dengan memberikan insulin basal dan insulin preprandial (premeal). Insulin basal adalah insulin yang bekerja Long-acting (glargine atau detemir) atau intermediate-acting (NPH). Insulin preprandial adalah rapid-acting  (Lispro, aspart, insulin inhaled, atau glulisisn) atau short -acting (regular).

jenis-jenis Insulin umum yang sering digunakan
  • Split atau mixed: NPH dengan rapid-acting (misalnya Lispro, aspart, atau glulisine) atau insulin regular yang digunakan sebelum sarapan dan makan malam
  • Split atau mixed variant: NPH dengan rapid-acting atau insulin reguler sebelum sarapan pagi, rapid-acting atau insulin reguler sebelum makan malam, dan NPH sebelum tidur(idealnya untuk megurangi hipoglikemia puasa dengan memberikan NPH di malam hari
  • Multiple daily injection (MDI): Long-acting insulin (misalnya glargine, atau detemir) di konsumsi sekali sehari dipagi atau malam hari (atau dua kali sehari dengan presentasi 20% pasien) dan rapid-acting insulin sebelum makan atau makanan ringan (dengan dosis disesuaikan dengan asupan karbohidrat dan tingkat glukosa darah)
  • Continuous subcutaneous insulin infusion (CSII): rapid-acting insulin infused diberikan 24 jam secara terus menerus dalam sehari melalui pompa insulin pada 1 atau lebih tingkatan basal, dengan larutan tambahan yang diberikan sebelum setiap makan dan dosis koreksi diberikan jika kadar glukosa darah melebihi tingkat yang telah ditargetkan.
Diet dan activity

Semua pasien yang menggunakan insulin harus memiliki rencana diet yang komprehensif dan dibuat dengan bantuan ahli diet profesional yang mencakup hal-hal berikut:
  • Resep asupan kalori sehari-hari
  • Rekomendasi untuk jumlah diet karbohidrat, lemak dan protein
  • Petunjuk tentang cara membagi kalori antara makanan dan makanan ringan
  • Olahraga juga merupakan aspek penting dari pengelolaan diabetes. Pasien harus didorong untuk  berolahraga secara teratur.
Edukasi Pasien

Edukasi adalah aspek vital untuk manajemen diabetes. Pasien dengan DM tipe 1 memerlukan edukasi yang luas untuk mengelola penyakit agar tetap aman, efektif dan meminimalkan terjadinya komplikasi jangka panjang.

Secara khusus dokter harus melakukan hal-hal berikut:
  • Membuat pasien sadar akan tanda dan gejala hipoglikemia serta bagaimana cara untuk mengelolanya
  • Bantu mereka memahami dan mengakui terkait penyakitnya (misalnya dengan mengajarkan pasien bahwa mereka memiliki kondisi kronis yang memerlukan modifikasi gaya hidup dan mereka mungkin akan memiliki komplikasi kronis jika mereka tidak mengendalikan penyakitnya
  • Meyakinkan pasien tentang prognosis dan manajement DM tipe 1 dengan benar

Penulis dan Editor: By Mario Afi

Sumber Referensi

  1. Aathira R, Jain V. Advances in management of type 1 diabetes mellitus. World J Diabetes. 2014 Oct 15. 5 (5):689-96.
  2. [Guideline] American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes--2011. Diabetes Care. 2011 Jan. 34 Suppl 1:S11-61.
  3. Damiano ER, El-Khatib FH, Zheng H, Nathan DM, Russell SJ. A Comparative Effectiveness Analysis of Three Continuous Glucose Monitors. Diabetes Care. 2013 Jan 3
  4. [Guideline] Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 2010 Jan. 33 Suppl 1:S62-9.
  5. International Expert Committee report on the role of the A1C assay in the diagnosis of diabetes. Diabetes Care. 2009 Jul. 32(7):1327-34.
  6. Nainggolan L. Continuous Glucose Monitoring: Navigator Beats Rival Devices. Medscape Medical News. January 14, 2013. Available at http://www.medscape.com/viewarticle/777607. Accessed: January 24, 2013.
  7. Paronen J,  Knip M,  Savilahti E,  Virtanen SM,  Ilonen J,  Akerblom HK, et al. Effect of cow's milk exposure and maternal type 1 diabetes on cellular and humoral immunization to dietary insulin in infants at genetic risk for type 1 diabetes. Finnish Trial to Reduce IDDM in the Genetically at Risk Study Group. Diabetes. 2000 Oct. 49(10):1657-65.
  8. Vehik K, Beam CA, Mahon JL, et al. Development of Autoantibodies in the TrialNet Natural History Study. Diabetes Care. 2011 Sep. 34(9):1897-1901.
  9. Yeung WC, Rawlinson WD, Craig ME. Enterovirus infection and type 1 diabetes mellitus: systematic review and meta-analysis of observational molecular studies. BMJ. 2011 Feb 3. 342:d35.